Puisi-Puisi Mhd. Irfan
Ruang Tunggu
Aku dan tubuhku di depan kandangku
hanya aku dan tubuhku di kandangku
kepalaku bunga-bunga manusia
cabang-cabangnya batu yang saling berhimpitan satu sama lain
Tubuhku adalah angin yang sedang duduk di kandangku
Aku dan tubuhku di depan kandangku
Sepasang sepatu tergantung di leher; akar bunga-bunga manusia
talinya bersimpul usus kering setelah pembusukan
Sekantong air terkurung dalam kotak punggungku
Aku dan tubuhku di depan kandangku
kandangku yang sempit seekor kebinatangan
atapnya kandangku, pintunya kandangku, dindingnya kandangku
adalah aku dan tubuhku di depan kandangku
Angin yang sedang duduk-duduk berbunga
batu yang sedang tidur-tidur berbuah
Aku dan tubuhku di depan kandangku
yang sedang baju celana di kandangku
merah menyala berbuku-buku
pucat pasi berpapan-papan
Adalah aku dan tubuhku di depan kandangku!
Pariaman, 2021
Ekspektasi Tiga Makhluk
Seekor kura-kura berjalan di bahunya
yang keluar dari sebuah kotak kayu
kura-kura itu menggapai tulang dinding
Ia menatap kura-kura, kura-kura menatap
ke balik bahunya
kaktus berada di sisi kanannya; lengan yang berduri-duri
dalam sebuah perut tanah
Helaian rambutnya digenggam astronot sesat
yang hampa oksigen di sekitar
juga hampa gravitasi bumi
Lekuk lehernya ketuban pecah di alam semesta
Jahitan benang membentuk lapisan atmosfer bahunya
juga cangkang kura-kura dari larva asam lambungnya
Telinga gelas menimpa bibir meja
saat kura-kura berjalan di bahunya dengan cengkraman kuat
sebelum astronot terlepas dari pegangan
rambut rontoknya
kemudian berpapasan bagai dua makhluk
dengan seragam aneh
yang bertolak belakang dengan kemakhlukannya
sementara matanya jutaan kilometer
dari garis bawah lidah baju
Pariaman, 2021
Selamat Pagi Ibukota
Daging panggang kacamata
adalah hidangan dini hari
saat bom waktu melepaskan hitungan mundurnya
angka-angkanya bagai leher kura-kura dalam ganjil bibir kota
yang maskernya ke mana-mana bermata-mata
Sepucuk awan telah meninggal di pipi merah gadis televisi
biji hidung menambah lubang hari di kakinya
saat berjalan menggapai piring kaca
bunga-bunga menjalar di rok mininya
Alis matanya meliuk-liuk
kerut keningnya laut samudra
dan seorang kapal kertas berlayar dalam pot kepala
Saat bom waktu melepaskan hitungan mundurnya
hitungan mundurnya melepaskan waktu di bom saat
sebuah pinguin kecil bersandar di betisnya
menjilati kaos kaki beralamat seribu hari
Karet halaman diregangnya di paruh apel
gigitan daging panggang kacamata terasa setengah matang
sembari ia menggenggam tenggorokan masker
yang rupanya sudah tak diganti sejak dunia bergentayangan para mayat
Pariaman, 2021
Meditasi Waktu
Jam-jam melar yang ditinggal waktu
tersangkut di rantai tubuh orang-orang
sepotong pohon bercabang menusuk lembah tua
dewa air kian meninggi dan melahirkan lumut gabak
pada tebing yang bertingkat
barisan angka-angka terbilang dalam huru-hura hoya
ampun meja karat
memohon kepada sebiji tomat
beri aku vitamin
saat dia memakan pasir terbang
namun darah jua yang menetes dari jarum jam yang bertanggalan
Pariaman, 2021
Sepeda Kota
Salvador mengelilingi kota dengan sepeda
melihat Rio Anjani membawa boneka
sederetan pohon kertas menggugurkan peta
di ujung jalan sebuah rumah bersinar
kota mengelilingi Rio Anjani
gepuk air di kantong perutnya
tambal mutiara juga setangkai daun kertas di telinga
dan bibirnya mirip
Kuda mendepak-depak air di kolam
yang berisikan mata Rio Anjani di dalamnya
di sana ikan-ikan berenang, hidup terumbu karang, juga ikan duyung peliharaannya
Salvador mengelilingi kota dengan sepeda
di bawah jalan, jalan di atasnya
tajam persegi menatap hamparan purba
yang kandas dari himpitan jarum modern
Dalam suka seekor duka meraraukan ibukota
telah lahir protokol baru dari seorang tangkai tabu
akar-akar serabut alam menjadi jari-jari sepeda
Salvador dan Rio Anjani mirip,
maksudnya Rio Anjani, Salvador mengelilingi kota dengan sepeda
menanam sepeda dengan sepeda berbuah pengayuh janda
dalam tumpangan rantai tahun lamanya
Pariaman, 2021
Kiamat Hampir Datang
Berita yang diliput para media
trendingnya berada di angka teratas
para teroris sedang mencari kepala
dengan bom bunuh diri ia pasang senyum termanis semasa hidupnya
sebelum ia menjadi potongan-potongan daging panggang yang siap dilahap debu jalan
Dan seorang mantan teroris menjadi terkenal
ia diundang berbagai stasiun televisi
seperti sebuah jawaban dari berbagai pertanyaan sumbang orang-orang
Seorang teroris sebelum mati syahid—katanya!
ia meninggalkan sepucuk surat
surat itu diliput oleh media, dan tersebar seluruh dunia
seperti sebuah doktrin yang disengaja untuk dibaca
di gedung KPK
di kampus-kampus
di rumah sendiri
di wc rumah sakit
di manapun
urusan dosa dan pahala belakangan
yang penting mati berperang
perang apapun, yang penting perang dulu, mungkin!
Kita perang dengan diri sendiri saja!
Pariaman, 2021
Surat Seorang Teroris
Ayah, ibu, adik-adikku, kakak-kakakku, dan seluruh keluargaku
juga kawan-kawanku
Aku ingin berjihad dulu, jihad yang dalam pikiranku ada tuhan,
tuhan yang dalam pikiranku belum tentu setuju jihadku, yang penting aku berjihad dan mati, sebelum mati kelaparan dan sia-sia karena corona. Mending aku mati syahid, masuk surga, menurutku. Gampangkan!
O, iya di dompet dan di lemariku bahkan di kamarku tak ada yang berharga yang kutinggalkan, karena itulah aku memilih jihad.
Aku terburu-buru dan lapar sekali, sebentar lagi aku tidak akan kelaparan lagi—ngebom dulu, daaaaa.
Pariaman, 2021
Fangifdie
Aku tidur, kau tidur, dia tidur
di kasur palembang yang tak ingin dilipat, dijemur, diganti alasnya
Cok raun sepanjang delapan depa melintang
dan ujungnya seperti sebuah bus listrik tanpa roda
dengan empat penumpang setia sepanjang hari
kecuali jika aku, kau, dia memanaskan dispenser
Penumpang satu, dua, tiga, atau bisa jadi empat akan disingkirkan
Tumpukan pakaian menggunung
sebelum dibikin lis pengobralan
Sepah teh celup sebagai hidangan
Usai aku bangun, kau bangun, dia bangun
dari kasur palembang yang tak ingin dilipat
pasir-pasir menempel di bagian tubuhku, tubuh kau, dan tubuh dia
Dan hari ini game pes adalah kekalahan bagi asam lambung kita
tapi sayang sungguh sayang,
bapak datang membawa selembar tagihan sewa sebelum nominal obral ditentukan
dan sepah teh celup pengganti nasi ramas
kosan harus dikosongkan segera—yang semalam bapak mendengar pembicaraan kami
tentang makna sebuah jihad di mata teroris!
Pariaman, 2021
Mhd. Irfan lahir di Pariaman, 26 September. Alumnus Sastra Indonesia Unand. Aktif menulis puisi, cerpen, dan esai.
*Puisi ini sudah dimuat di Majalah Mata Puisi