Sumber foto: Yolanda Putri Yohanes

Jakarta - Batu lado atau yang biasa disebut juga dengan cobek merupakan salah satu peralatan rumah tangga yang wajib ada di setiap rumah. Batu lado biasa digunakan untuk menggiling bumbu masakan, seperti cabe, bawang, kacang, dan sebagainya. Batu lado terbuat dari batu alam, yang dipahat sedemikian rupa menjadi batu ulekan yang dapat digunakan oleh ibu rumah tangga pada saat ini.

Pembuatan batu lado bertahan lebih dari ratusan tahun. Uniknya lokasi pembuatan batu lado tersebut berada di ujung Kota Padang, yaitu berada di Bukit Limau Manis, tepatnya dekat Bendungan DAM 1 Limau Manis.

Lokasi tersebut merupakan lokasi paling ujung Kota Padang, yaitu di hulu sungai Limau Manis, sehingga banyak bebatuan alami yang dapat ditemukan di sana, apalagi saat debit air sungai naik, akan menghanyutkan batu-batu dari atas bukit.

Salah seorang pemilik lahan Ipat, 38, mengatakan, ia dan keluarganya sudah turun-temurun mengelola tempat tersebut menjadi tempat pembuatan batu lado.

“Sejak nenek saya masih muda, ia sudah berprofesi sebagai pembuat batu lado, dan sampai sekarang pekerjaan ini masih bertahan di sini, mungkin sudah bertahan lebih dari 100 tahun.” katanya.

Salah seorang pengrajin batu Adi, 50, mengatakan, telah berprofesi sebagai pengrajin batu lado selama 30 tahun.

“Pekerjaan ini sebelum saya lahir juga sudah ada di sini, namun saya mulai bekerja sejak tahun 1990, kalua dalam sehari saya mampu membuat 3 sampai 4 batu lado dalam ukuran kecil. Kalau batu lado ukuran besar paling banyak cuma 2 dalam sehari.” ungkapnya.

Baca juga: Kanon Sastra 2

Sumber foto: Yolanda Putri Yohanes

Ia menambahkan, adapun jenis batu yang digunakan adalah batu alam yang sudah mati. Batu alam yang sudah mati tersebut memiliki ciri yaitu memiliki rongga atau pori-pori, sehingga batu tersebut mudah untuk dipahat dan mudah digunakan sebagai ulekan, sementara untuk batu alam yang hidup tidak pernah digunakan pengrajin dalam membuat batu lado, karena keras dan sulit dibentuk, serta mudah pecah.

Untuk harga sendiri dimulai dari ukuran paling kecil dengan harga Rp 40 ribu sampai yang paling besar berkisar Rp 300 ribu. Harga tersebut sudah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, kenaikan dipengaruhi oleh ongkos kirim.

“Di sini ada agen yang memasarkan batu lado ini, yang terbanyak itu dikirim ke medan, ada juga yang memesan satuan, biasanya hanya warga sekitar sini yang memesan. Biasanya sekali dua hari orang agen tersebut menjemput batu ini ke sini.” tuturnya.

Ia juga menambahkan, saat ini hanya tinggal 7 orang pengrajin batu yang masih bekerja, sedangkan 10 tahun yang lalu ada sekitar 50 orang pengrajin batu. Sebagian pengrajin batu lado beralih profesi, ada yang menjadi kuli bangunan dan pekerjaan swasta lainnya.

Pengrajin batu lado lainnya, mengatakan, ia sudah 40 tahun bekerja sebagai pengrajin batu lado. Menurutnya, tidak ada kendala dalam memasarkan batu lado, kecuali resiko pekerjaan yang cukup tinggi.

“Kalau pekerja kasar seperti ini, pasti ada resikonya, seperti terkena palu, terhimpit batu, atau terkena bagian tajam dari pahat, tapi yang namanya resiko kerja, pasti ditanggung sendiri. Untuk pendapatan yang diraih sekitar Rp 100 sampai Rp 200 ribu dalam sehari.” jelasnya.

Baca juga: 

Kanon Sastra 1

Tips agar Masakan Enak